BACALAH DENGAN MENYEBUT ROBB-MU YANG TELAH MENCIPTAKAN - DIA TELAH MENCIPTAKAN MANUSIA DARI SEGUMPAL DARAH - BACALAH, DAN ROBB-MULAH YANG MAHA PEMURAH - YANG MENGAJAR MANUSIA DENGAN PERANTARAAN QALAM - IA MENGAJAR KEPADA MANUSIA APA YANG TIDAK DIKETAHUINYA - (QS AL-ALAQ : 1-5)

Minggu, 19 Februari 2012

POTRET KEGAGALAN PENDIDIKAN AKIDAH

H. Akbar
Ketua Yayasan Arrafiiyah

Pendidikan akidah itu bukan sekedar belajar sifat-sifat Allah, af’al (perbuatan) Allah saja. Akan tetapi kita mempelajari konsep dasar Islam yang memberi efek terhadap fikiran, hati dan perilaku kita. Ia menyebut kenapa pendidikan kita gagal. Ada tiga faktor; pertama, kerusakan ilmu (error in knowledge), kedua, kehilangan adab (the loss of adab), dan ketiga, kegagalan para pemimpin (the rise of false leaders).



Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama merupakan paling elementer. Kerusakan epistemologi (ilmu) menciptakan kerusakan spiritual, moral dan intelektual. Seseorang yang tidak meyakini otoritas teks-teks agama yang mengharamkan homoseksual misalnya, akan mendekonstruksi teks tersebut. Ditafsir sebebas-bebasnya, sehingga menghasilkan hukum homoseks halal. Akhirnya, ia menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Pendidikan akidah seharusnya mampu meluruskan ilmu. Pandangan alam Islam di sini menjadi ‘kaca’ penilai. Konsep tentang Allah, konsep wahyu, konsep kenabian, konsep manusia, konsep alam, konsep manusia, konsep kebenaran, konsep otoritas dan lain-lain semestinya diajarkan sebagai landasan utama belajar ilmu-ilmu yang lain. Di dalam perguruan tinggi Islam, kajian-kajian tersebut dapat menjadi Pengantar Studi Islam.

Unsur-unsur Islam seperti konsep tersebut dalam pandangan alam Islam bersifat tetap dan permanen, tidak berubah seperti dalam pandangan Barat. Sehingga, dalam pandangan Islam, agama Islam tidak tepat dipahami sebagai agama sejarah (historical religion). Islam bukanlah budaya, ia bersumber dari wahyu yang tetap.

Faktor utama kegagalan pendidikan akidah adalah belum diajakarkannya akidah itu secara aplikatif. Makanya, pendidikan Islam seharusnya mendasarkan kepada pandangan alam Islam. Motivasi dalam belajar dalam Islam adalah ibadah. Mengkajinya adalah jihad dan ilmu selalu terkait dengan akhlak. Konsep yang demikian lah yang mampu membangkitkan umat. Seperti yang telah dipraktikkan oleh Imam al-Ghazali dan Syekh Abdul Qadir al-Jilani.

Dr. Majid Irsan Kailani menulis buku menarik berjujul "Hakadza Dzahara Jil Shalahuddin wa Hakadza ‘Adat al-Quds", bercerita tentang fase-fase kebangkitan umat generasi Shalahuddin al-Ayyubi. Sang penulis menggambarkan bagaimana sososk Imam al-Ghazali dan Abdul Qadir al-Jailani yang kreatif menyusun konsep pendidikan sehingga terlahir mujahid-mujahid kenamaan. Imam al-Ghazali di madrasahnya, Nidzamiyah, mendidik calon-calon ilmuan, dengan penanaman akidah. Begitu pula Syekh al-Jilani, mengadabkan umat Islam di madrasah al-Qadiriyah melalui metode tasawwuf dan pendidikan akidah.

Artinya, konsep akidah itu menjadi titik terpenting dalam pendidikan. Dr. Nirwan Syafrin, yang tampil sebagai pemateri daurah nasional di PIMPIN Bandung, menulis dalam makalahnya bahwa hampir seluruh ulama Muslim saat ini sepakat bahwa krisis yang dialami umat bukan berpangkal pada ekonomi, politik, dan teknologi, akan tetapi pada nalar (ilmu) umat Islam.

Dr. Nirwan mengutip Abdul Hamid Abu Sulaiman dalam bukunya "A Crisis of Muslim Mind", bahwa umat Islam mengalami krisis pemikiran. Lebih tegas lagi Isma’il Raji al-Faruqi mengatakan bahwa krisis umat Islam saat ini ada pada pendidikan (al-Faruqi, Islamization of Knowledge:Problems, Principles and Perspectives, 22).

Sekali lagi, pendidikan Islam haru berasaskan akidah atau ruh keimanan. Prof. Dr. Sayyid Alawi al-Maliki pernah menulis; kebangkitan-kebangkitan besar tidak akan pernah berdiri kecuali dilandaskan pada risalah al-ruh (ajaran-ajaran yang mempunyai ruh/jiwa keimanan). Wallahu al’lam bisshowab.

--------------------
H. Akbar
http://akbar-mardani.blogspot.com
Bank Mandiri Rek No. : 133-00-0567361-1   a/n Drs. Akbar
Trmksh kepada yang selalu transfer untuk membantu orang miskin dan anak yatim di Yayasan Arrafiiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar