Ketua Yayasan Arrafiiyah
Talaqqi berasal dari kata liqa yang berarti pertemuan,
sedangkan talaqqi bermakna, menuntut ilmu langsung bertatap wajah dengan
seorang guru, seorang murid akan melihat langsung bibir guru mengucapkan ilmu,
melihat langsung ke depan mata guru, dan semua ekspresi guru saat mentransfer
ilmunya.
Guru memiliki dua sifat alami, keburukan dan kebaikan.
Guru sejati akan selalu menghadirkan energi kebaikan dalam tindakannya. Di ruang-ruang
kelas dia hadir dengan pesona yang menginspirasi tentang adab, dan mencontohkan
secara langsung bagaimana berbuat. Makanya seorang murid tak cukup hanya dengan
membaca, tapi secara nyata ia harus menjadi timba yang langsung bertatap muka
dengan guru untuk mengetahui secara jelas penerapan teori-teori dalam buku,
karena buku bersifat pasif, tak bisa ditanya dan tentunya tak bisa menjawab
pertanyaan secara langsung. Tapi pada guru sejati kita akan mendapatkan
pemahaman, dapat bertanya langsung dan melihat ekspresinya merasakan teduh
tatap matanya, begitulah guru sejati, akan menghadirkan contoh kesejatian adab.
Kita kenal nama Lukman Al Hakim, seorang yang
diistimewakan Allah sehingga namanya tercantum sebagai salah satu nama surah
dalam Al Quran, dari Lukman Al Hakim kita belajar tentang kesejatian sosok
guru, yang ia ajarkan pertama kali kepada muridnya (anaknya) adalah tentang
mengesakan Allah, ilmu Tauhid, “ Ya Bunayya La Tusyrik billah, innasy-syirka
Lazhulmun Adziim”
Ia memanggil anaknya dengan sebutan yang lembut dan
menenteramkan, “Ya Bunayya” wahai anakku yang tercinta, janganlah engkau
menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu adalah dosa yang teramat besar.
Calon guru atau memang guru hendaknya benar-benar
mengetahui bahwa nilai tauhid yang harus ditanamkan kepada anak-anak peserta
didik.
Dari sekian banyak ciri dan tanda guru sejati, kita
dapat melihatnya dari sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dari para
sahabat dan orang-orang shalih, dan bangsa ini harus menjadi bangsa yang
menghargai jasa-jasa guru, agar bangsa ini menjadi bangsa yang terahmati,
terberkati, untuk menjadi baldatun thayyibatun warabun ghafur.
Dalam sejarah Nagasaki dan Hiroshima, saat dibombardir
dan luluh lantak, yang pertama ditanya adalah, masih ada berapa guru yang
tersisa ?! Ini adalah tanda bahwa mereka menyadari, betapa urgennya kehadiran
guru untuk mewujudkan bangsa yang jaya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar